Sean Stone, 27 tahun putra sutradara Oliver Stone mengucapkan dua kalimat Syahadat pada saat menjalani prosesi upacara sebagai seorang Muslim di kota Iran Isfahan Selasa 14 Februari 2012 lalu. Dan memilih nama Ali sebagai nama barunya, yang artinya lelaki Islam pertama. Yang menarik adalah sang ayah Oliver Stone sendiri adalah seorang pemeluk agama Yahudi sementara ibunya Elizabeth adalah pemeluk agama Katolik. Oliver Stone mendukung sepenuhnya apa yang menjadi pilihan putranya, seperti yang dikatakannya pada New York Post, “My dad said, ‘Allah be with you.’ My father understands that I am trying to bridge certain gaps and bring about peace.” (sumber :Oliver Stone Supports His Son’s Islamic Conversion)
Sean Stone berada di Iran dalam rangka mengerjakan sebuah filem dokumenter tentang seorang penyair pada abad ke 13 bernama Rumi, filem ini dibintangi Liam Neeson. Oliver Stone sendiri bisa dikatakan eksis di Hollywood. Sepak terjang Stone ialah pernah meraih tiga Academy Awards. Penghargaan Oscar diperolehnya untuk film Midnight Express (1978). Lainya adalah sebagai kategori sutradara terbaik, dalam film Platoon (1986) dan Born on the Fourth of July (1989).(sumber: Alhamdulillah, Sean Stone Bersyahadat)
Lalu saya berpikir apakah Sean Stone tidak merasa takut adanya diskriminasi mengingat Hollywood, khususnya Amerika sangat anti Islam atau Islam Phobia. Apakah nanti tidak mempengaruhi karirnya di dunia perfileman raksasa tersebut. Seperti yang dikatakannya,“Having people within the film industry express a reluctance to work with me now that I have said a simple prayer… I am sure I have (angered) some powerful people….”(sumber : Oliver Stone’s Son Wants To Teach Americans About ‘The True Nature Of Islam’)
Namun setelah saya membaca artikel diatas justru hal itu menjadi tantangan buat Stone untuk menjembatani kesenjangan yang terjadi antar para pemeluk agama yang berbeda khususnya di Hollywood dan Amerika pada umumnya. Betapa masalah perbedaan diseluruh belahan Bumi sudah menjadi hal yang memuakkan (menurut saya). Mungkin dibutuhkan keharmonisan dan saling mengerti untuk menjembataninya. Bila di Indonesia dulu terkenal dengan ke Bhinneka-an nya ( Bhinneka Tunggal Ika) sekarang sepertinya hal itu sudah mulai luntur. (loh kok jadi oot, wkwk ).
Kembali ke berita tentang Sean Stone, buat saya adalah hal yang istimewa. Kenapa? karena sang ayah Yahudi, ibu Katolik dan sang ayah mendukung sekali anaknya masuk Islam. Kedengarannya seperti ada keharmonisan dalam hubungan antara keluarga Stone, dan menganggap perbedaan bukanlah suatu masalah dan mereka saling menghargai.Saya pikir ini suatu hal yang indah yang begitu toleran satu sama lain dan masing-masingdiperbolehkan untuk memilih baginya agamanya.
sumber: http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/02/24/sean-stone-tidaklah-penting-apakah-anda-islam-kristen-atau-yahudi/
0 komentar:
Posting Komentar
Mari saling bersaksi